Kotak Masa Lalu Alesia

Alesia menutup kotak kado berisikan kenangan-kenangan dirinya dengan mantan pacarnya. Ia menghempaskan tubuhnya di atas kasur bercorak hitam, sehitam perasaannya yang tengah kelabu mengingat berbagai kenangan indah yang dihadirkan dari isi di dalam kotak itu. Setiap ia merindukan mantan kekasihnya, ia akan dengan curang mengendap-endap mengambil kotak kado dari bawah kasurnya, menggeser kardus-kardus lain agar dapat meraih kotak itu. Barangkali ia menyebutnya sebagai ‘kotak kebahagiaan dan kegetiran’ karena dari dalamnya saja kita bisa mendapatkan berbagai macam perasaan yang menyatu, dari kotaknya itu lah ia merasakan jatuh cinta dan patah hati. Sesuatu yang sepertinya telah menjadi hakikat bagi dirinya, bagi seorang manusia.

Hari ini, ia mengingat baik-baik bagaimana kekasih yang paling ia kasihi beberapa tahun lalu itu telah melakukan hal-hal romantis kepadanya, yang ia sendiri terheran mengapa seorang lelaki berbadan tegap rela melakukan hal-hal manis untuk dirinya. Ia tahu betul bahwa ia tengah dimabuk asmara, begitu pun juga lelaki itu. Jadi ia maklum pada dirinya sendiri, ia percaya ketika orang jatuh cinta mungkin akan melakukan hal-hal diluar kenalaran orang biasa. Tanpa terasa matanya berair, tanpa sempat mengusap air matanya yang perlahan berjatuhan itu, ia bersenandung lirih,

“semakin aku mencoba, bayangmu semakin nyata, merasuki hingga ke jiwa, tuhan tolonglah diriku,
entah dimana dirimu berada? hampa terasa hidupku tanpa dirimu, apakah disana kau rindukan aku? seperti diriku yang selalu merindukanmu, selalu merindukanmu,” Ari Lasso – Hampa.

Alesia selalu berbohong pada teman-temannya bahwa ia sudah baik-baik saja, bahwa ia sudah berhasil move on dari masa lalu. Bahwa memori tentang lelaki di masa lalunya itu sudah terhapus, hilang tak berbekas. Sayangnya itu hanyalah bualan belaka yang serampangan keluar dari mulutnya. Ia sendiri tahu bahwa ia tak bisa mengalahkan perasaan rindu atas lelaki itu. Dalam kesendirian, Alesia berubah jadi perempuan rapuh yang dengan mudah mendambakan kisah-kasih bahagia dirinya jatuh cinta. Namun ketika dihadapkan pada realitas pelik, ia memilih berbohong; bahwa ia telah selesai dengan segala hal yang menyakitkan di masa lalu.

Dahulu, ia tak percaya kata orang-orang yang memang mengatakan bahwa proses move on adalah proses sulit, proses perjuangan yang berdarah-darah dan penuh pengorbanan. Ia biasanya malah menanggapinya dengan canda dan sambil lalu, tapi hari ini, hari-hari yang ia lalui dengan kesepian, ia merasakan betul bagaimana ia tengah berjuang untuk keluar dari keterjebakan masa lalunya.

“Sampai kapan kamu mau bersandiwara tentang ‘baik-baik saja’ atas kondisimu, Alesia?” bisikan dari dinding-dinding kamarnya membuka dialog percakapan diantara mereka. Alesia melipat senyum. Baginya setiap orang bersandiwara, jadi ia rasa, ia tak perlu untuk bercemas diri atas kebohongan yang tengah digunakannya pada setiap wajah baru yang ia ketemui saban hari. Ia merasakan nyaman, sekaligus aman, menggunakan topeng bertuliskan ‘aku baik-baik saja,’

Padahal kotak saksi itu tahu, bahwa sejujurnya Alesia tengah memendam rindu yang bertumpuk-tumpuk, sampai-sampai ia sesak, tenggelam dalam rindu yang memenuhi rongga-rongga kamarnya. Segala kegusaran itu bermula ketika ia biasanya benar-benar menjadi seorang diri, tentu pada malam-malam yang sunyi setelah itu. Bagaimanapun kesepian telah memberikan derita yang luar biasa kepadanya, pada fase diumur-umur yang memang rentan untuk jatuh. Ia menghela nafasnya yang sesak, yang semula ia hanya ingin rileks, tetapi ia malah merasakan sesak. Sudah sepatutnya ia lupa peristiwa-peristiwa kebahagiaan di masa lalu itu.

Agar tak sesak, Ia membuka jendela kamarnya, jendela persegi yang sedari tadi memanggil-manggil namanya. Ia mendongak pada rembulan malam. Rembulan memandanginya kembali, seakan-akan Alesia merasakan cinta yang berbalas dari rembulan. Alesia tersipu, pipinya berona kemerahan. Ia sudah tak lama merasakan rasa cinta yang bercahaya dan sepekat itu, ia mengingat-ingatnya kembali pada setiap malam, kapan terakhir kali mendapatkan balasan cinta selayaknya itu, selain dari rembulan?

Azinuddin Ikram.

Bangi, Malaysia. Februari 2020.

Tinggalkan komentar