Jemari kita saling menggenggam erat. Seakan tiada hal lain yang dapat memisahkan jemari kita. Kita menyatu dan bertautan satu sama lain. Kamu mempertanyakan, “Mengapa pada akhirnya kamu baru mengungkapkan rasa yang kamu yakini itu sekarang? Bahkan sebelum kepergianmu yang selama-lamanya?”
Aku yang sekarat tentu saja tak punya kesempatan lebih jauh untuk sekedar membalas tanyamu. Mulutku bisu, meski aku telah berusaha sekuat tenaga untuk sekedar membuka mulut. Semasa aku hidup sedia kala, kita hanya berbincang panjang tentang perdebatan yang tak kunjung usai. Kita saling mencinta dan membenci dalam waktu yang bersamaan, namun bukankah kita tak berani saling mengungkapkan? Aku tahu hari ini adalah hari terakhirku hidup di dunia. Namun perdebatan kita tentang reinkarnasi lalu yang telah membawaku untuk tetap percaya bahwa di kemudian hari barangkali kita bisa bersatu kembali.